1 september 2009.
04.10 pagi,
Terduduk di sudut ruangan sambil berpikir,
"Terlalu banyak yang berkorban disini, terlalu banyak yang akan menangis nanti".
"Entah berkorban untuk siapa, entah menangis untuk siapa".
Di sudut ruang lain, dia tertidur di atas kasur. Pura-pura tidur. Pura-pura tak ada yang melihat. Pura-pura tak ada yang salah dengan dirinya. Pura-pura tertidur. Entah apa yang dilakukannya itu benar. Entah apa yang ada di dalam kepalanya. Tak ada yang mengerti.
Masih berpikir, "Seandainya membunuh itu halal, akan kubunuh dia dengan kedua tangan ini. Jangan salahkan aku jika keinginan itu begitu menggebu. Dia membuat ayah dan ibuku menangis.."
"Jika saja bisa ku tukarkan kebahagiaanku untuk membuatnya bahagia. Itu akan kulakukan juga, bukan demi dia. Tapi demi ayah dan ibuku agar mereka tak kembali menangis,,"
"Jika saja bisa kutukarkan nafas dan jiwaku demi sebaris senyuman ayah dan ibuku hingga akhir hayat mereka. Itu pun akan kulakukan. Sekali lagi. Bukan demi dia, tapi semua untuk ayah dan ibuku,,"
Di sudut lain,
"Apa urusanmu? Ini kehidupanku, apa urusan mereka? Ini kehidupanku"
Dan aku pun berteriak di hadapannya sambil mengeluarkan air mata darah "Sadarkah kau, kita hidup atas kebaikan mereka. Kita hidup dengan harapan mereka. Kalau saja mereka tahu setelah dewasa kita akan seperti ini. Mungkin mereka akan membunuh kita. Sekarang di saat kita pun membuat mereka menangis, tetap saja kita di beri kebahagian dengan mengorbankan air mata mereka."
"Kalau saja aku bisa memilih. Aku memilih untuk tidak dilahirkan di keluarga ini. Bukan karena aku menyesal dan kecewa akan ayah dan ibuku. Tapi karena aku benci terhadap kau yang malah senang membuat mereka menangis. Aku benci melihat mereka menangis. Terlebih mereka menangis demi kau,,"
"Mungkin neraka memang tujuan akhir dari hidupku. Aku akan sangat senang sekali membunuh kau dan masuk neraka dengan riang gembira jika saja itu bisa membuat mereka gembira. Sayangnya jika itu kenyataan, pasti mereka akan menangis. Dan aku tak suka itu."
di sudut lainnya,
"Bunuh saja aku. Aku pun tak mau hidup seperti ini. Terkurung dengan pandangan mata orang luar. Terdiam saat mereka menatapku dengan sebelah mata. Menganggap aku ini orang aneh, orang gila,,. Dan kau, kau rela menukar jiwamu demi air mata mereka. Aku pun juga rela menukarkan hidupku agar aku tak terlahir di dunia sebagai orang yang tak di harapkan. Mereka selalu mengatakan aku ini aib. Maka aku pun berubah jadi aib. Mereka mengatakan aku ini pembawa sial. Maka aku berubah jadi si pembawa sial. Siapa yang harus bertanggung jawab disini??"
"Ini hidupku, bukan hidup mereka,,"
Aku, "Lantas, kenapa kau tidak pergi dari sini?? Kau sendiri pun masih membutuhkan mereka kan?? Kau sendiri pun masih menanti uluran tangan mereka kan?? Tidakkah kau mengerti, mereka bukan orang yang akan membelai dengan belaian sayang. Tapi bukan berarti kau bisa membuat mereka menangis dan Demi Tuhan aku sangat ingin membunuhmu dengan kedua tangan ini demi kebahagiaan mereka. Tapi itu tak mungkin, karena tangisan mereka akan bertambah parah,,"
dedicated for my sister. Andai saja aku bisa mengulang waktu. Aku pasti akan melindungimu dari orang-orang yang telah membuatmu seperti ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar