sebelumnya bocah udah pernah bilang kalo bocah ituh paling ndak bisa mbikin artikel advertorial.
nyari pengertian advertorial di gugel juga yang di dapet intinya yaitu , haru mbagus-mbagusin produk yang mau di jual.
nah ceriteranya mata kuliah PR Writing kali ini ngasih tugas UAS dengan mbuat artikel advertorial tempat-tempat yang dikinjungi di Jogja sanah. berhubung bocahnya cuma senang-senang dan ndak ingat sama tugas kecuali mbelanja, jadilah refernsi untuk mbuat itu artike ndak ada sama sekali. tuhsanya pun harus dkumpulin hari ini dan bocah yang gemblung enih malah nonton dividi full house sehraian, maen sama bocah tetangga terus treatment badan semaleman. niatnya mau begadang gituh mbuat ngerjain enih artikel, tapi kan harus tidur dulu mbetntar. niatnya tidur jam 10, bangun jam 1 pagi. terus ngetik artikel deh,,,
tapi yang kejadian malah,,,
tidur jam 10 malem, bangun jam 5 subuh,,,
terkaget-kaget bocah bangun lang sung ke8ingetan tugas yang belum dikerjain sama sekali.
langsung deh ngerjain dengan asal,,,,
tring,tring, enih dia artikelnyah,,,
MALIOBORO SURGANYA BERBELANJA
Siapa yang tak kenal dengan Malioboro?? Salah satu jalan paling terkenal di Yogyakarta, Malioboro dipenuhi pedagang dan toko yang menjual barang antik maupun suvenir menarik dengan harga yang relatif murah.
Terletak sekitar 800 meter dari Kraton Yogyakarta, tempat ini dulunya dipenuhi dengan karangan bunga setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Malioboro yang dalam bahasa sansekerta berarti "karangan bunga" menjadi dasar penamaan jalan tersebut.
Diapit pertokoan, perkantoran, rumah makan, hotel berbintang dan bangunan bersejarah, jalan yang dulunya sempat menjadi basis perjuangan saat agresi militer Belanda ke-2 pada tahun 1948 juga pernah menjadi lahan pengembaraan para seniman yang tergabung dalam komunitas Persada Studi Klub (PSK) pimpinan seniman Umbul Landu Paranggi semenjak tahun 1970-an hingga sekitar tahun 1990.
Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak Gunung Merapi, jalan ini terbentuk menjadi suatu lokalitas perdagangan setelah Sri Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun, Malioboro masih bertahan sebagai suatu kawasan perdagangan bahkan menjadi salah satu ikon Yogyakarta.
Menikmati pengalaman berbelanja, berburu cinderamata khas Jogja, wisatawan bisa berjalan kaki sepanjang bahu jalan yang berkoridor. Di sini akan ditemui banyak pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya. Mulai dari produk kerajinan lokal seperti batik, hiasan rotan, wayang kulit, kerajinan bambu (gantungan kunci, lampu hias dan lain sebagainya) juga blangkon (topi khas Jawa/Jogja) serta barang-barang perak, hingga pedagang yang menjual pernak pernik umum yang banyak ditemui di tempat perdagangan lain. Batik yang diolah menjadi bermacam-macam barang tersedia di sini. Dari daster sampai kemeja batik resmi untuk laki-laki, semua dapat ditemukan di Malioboro. Batik dapat juga dijadikan tas, taplak, seprei, sarung bantal, gorden, dan sebagainya. Apabila Anda membeli batik cetakan, cuci terpisah. Gunakan lerak (dijual di Malioboro) atau detergen yang lembut untuk mencucinya.
Sepanjang koridor, wisatawan selain bisa berbelanja dengan tenang dalam kondisi cerah maupun hujan, juga bisa menikmati pengalaman belanja yang menyenangkan saat menawar harga. Jika beruntung, bisa berkurang sepertiga atau bahkan separohnya.
Jangan lupa untuk menyisakan sedikit tenaga. Masih ada pasar tradisional yang harus dikunjungi. Di tempat yang dikenal dengan Pasar Beringharjo, selain wisatawan bisa menjumpai barang-barang sejenis yang dijual di sepanjang koridor, pasar ini menyediakan beraneka produk tradisional yang lebih lengkap.
Selain produk lokal Jogja, juga tersedia produk daerah tetangga seperti batik Pekalongan atau batik Solo. Mencari batik tulis atau batik print, atau sekedar mencari tirai penghias jendela dengan motif unik serta sprei indah bermotif batik. Tempat ini akan memuaskan hasrat berbelanja barang-barang unik dengan harga yang lebih murah.
Saat matahari mulai terbenam, ketika lampu-lampu jalan dan pertokoan mulai dinyalakan yang menambah indahnya suasana Malioboro, satu persatu lapak lesehan mulai digelar. Makanan khas Jogja seperti gudeg atau pecel lele bisa dinikmati disini selain masakan oriental ataupun sea food serta masakan Padang. Serta hiburan lagu-lagu hits atau tembang kenangan oleh para pengamen jalanan ketika bersantap.
Mengunjungi Yogyakarta yang dikenal dengan "Museum Hidup Kebudayaan Jawa", terasa kurang lengkap tanpa mampir ke jalan yang telah banyak menyimpan berbagai cerita sejarah perjuangan Bangsa Indonesia serta dipenuhi dengan beraneka cinderamata. Surga bagi penikmat sejarah dan pemburu cinderamata.
Oleh karena itu ada yang bilang, jika kita ke berkunjung ke Yogyakarta maka belum lengkap rasanya jika kita belum ke Malioboro.
Dan, temans sekalian...
saya peringatkan jikalau mau ngerjain tugas jangan mepet sama hari tugasnyah dikumpulkan. jadinya kan malah kayak saya enih,,, copy paste dari mbah gugel semua. jujur sayah emang paling ndak bisa mbikin advertorial, emang sayahnya ajah yang ndak bisa mbagus-mbagusin orang. sayah ndak mbakat muji kayaknyah,,,,
hehehe,,,
oh iya, saya ada tiga postingan yang ndekem ajah di notbuk. belum sempet nyari wireless geratisan yang bener,,,
hehehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar